Minggu, 22 Juli 2012

Sejarah Legenda Sepakbola Yang tak terlupakan'.

Pernah ada era dimana tim sepakbola Indonesia ditakuti di Asia, bahkan Eropa. Era dimana kecanggihan teknologi belum menjamah ranah olahraga. Era dimana kemampuan fisik masing-masing pemain lebih berperan dari formasi dan taktik. di era itu, ada satu nama pesepakbola yang luar biasa. Salah satu bakat terpendam tanah air Indonesia yang kemampuannya diakui dunia. dia adalah Ramang, pesepakbola asal Makassar yang namanya mengangkasa, dan terlupakan.

Ramang Kecil

Ramang dilahirkan di Makassar, tahun 1928. Ayahnya, Nyo’lo, merupakan Ajudan raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang yang dikenal sebagai jagoan sepak raga. Sejak kecil Ramang sudah terlihat mewarisi bakat bal-balan ayahnya. Ia kerap berlatih dengan seadanya. Bola anyaman rotan, gulungan kain, hingga buah jeruk kecil menjadi teman berlatihnya.

Ramang memperkuat PSM

Pada tahun 1947, Ramang bergabung ke klub sepakbola Makassar Voetball Bond (MVB), yang kini dikenal dengan nama PSM Makassar. Sebelum berlabuh di klub besar tersebut, Ramang membela Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Bakatnya tersendus oleh scout dari PSM ketika memperkuat tim tersebut dalam sebuah turnamen yang diadakan oleh PSM. Ramang mencetak 7 gol dalam sebuah pertandingan dan membawa Persis menang 9-0 dalam kompetisi tersebut.
Tanpa menunggu lama, PSM segera mengontrak pemain bertubuh mungil tersebut. Hanya setahun di PSM, Ramang telah melanglang buana ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Ketika ia kembali ke Makassar, seseorang menawarinya pekerjaan sebagai opas di dinas Pekerjaan Umum. Gajinya hanya Rp.3500,- per bulan dan tidak pernah naik. Namun Ramang menerimanya dengan hati terbuka. Maklum, ketika itu sepakbola belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap.

Kerja Sampingan Ramang

Pekerjaan sampingan Ramang sebelum dikontrak PSM adalah kernet dan tukang becak. Namun akhirnya ia meninggalkan dua pekerjaan tersebut, bukan karena gajinya di PSM mencukupi, namun ia lebih mencintai sepakbola. Hal tersebut membuat kehidupan Ramang yang saat itu sudah berkeluarga, sangat memprihatinkan. Keluarganya tinggal menumpang di rumah seorang teman.
Dukungan dari sang istri yang tabah dan setia membuat Ramang dapat fokus bermain bola. Sampai akhirnya bakat luar biasa Ramang membuatnya terpilih memperkuat tim nasional Indonesia (kala itu bernama tim PSSI) pada tahun 1952.

Kiprah Gemilang Ramang di Kancah Internasional

Prestasi Ramang di tingkat nasional amat cemerlang. dirinya dikenal sebagai striker haus gol yang tak lelah bergerak ke segala arah dengan kecepatan tinggi sambil melepas tendangan dnegan akurasi tinggi. Pada lawatannya tahun 1954 ke berbagai negeri Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia) PSSI hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol menyolok. Dari 25 gol (dan PSSI hanya kemasukan 6 gol) 19 di antaranya lahir dari kaki Ramang.
Ketajaman Ramang membuat nama Indonesia disegani di tingkat sepakbola dunia. Beberapa tim terbaik dunia kala itu berebutan ingin menjajal kekuatan timnas Indonesia. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara, salah satu kiper terbaik dunia waktu itu, klub Stade de Reims dengan si kaki emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Yashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan Roger Vollentein.
Namun Ramang adalah pribadi yang rendah hati, ia mengatakan bahwa prestasi timnas kala itu tak lepas dari perjuangan rekan-rekannya, bukan dirinya semata. Ramang adalah pesepakbola dengan bakat alami murni. Sebagai penyerang, ia kerap mencetak gol dari berbagai sudut, bahkan sudut mustahil sekalipun. Permainannya pun sedap dipandang mata. Salah satu kemampuan khusus Ramang adalah tendensi dan presisi untuk melepaskan tembakan salto. Tak jarang ia merobek jala lawan dengan sepakan akrobatik yang aduhai. Satu di antaranya yang paling diingat adalah saat PSSI mengalahkan RRC dengan skor 2-0 di Jakarta. Kedua gol itu lahir dari kaki Ramang, satu di antaranya tembakan salto. Kelihaian Ramang di lapangan bola membuat seluruh Indonesia mengenalnya. Bahkan pada era akhir 50 an, banyak ibu-ibu menamai anak mereka ‘Ramang’.

Ramang Legenda Yang dilupakan

Kini, yang cukup menyedihkan, nama Ramang seakan sudah dilupakan. Tenggelam di bawah nama seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Bambang Pamungkas, dan Irfan Bachdim. Satu-satunya pengingat orang-orang akan keberadaannya hanyalah sebuah patung sederhana di pintu utara lapangan Karebosi, Makassar. Mari kita kenang kembali keberadaan mereka yang pernah mengangkat nama Indonesia di mata dunia pada suatu era, walaupun hanya lewat sepakbola.
Ramang kecil Kadir kecil..
Menggiring bola di jalanan
Ruli kecil Riki kecil..
Lika liku jebolkan gawang
(Kutipan lirik lagu Iwan Fals yang berjudul ‘Mereka Ada di Jalan)

0 komentar:

Posting Komentar