Kamis, 06 September 2012

Unsur Universal Dalam Sistem Medis..!!


v  Beberapa Unsur Universal Dalam Sistem Medis
Dalam bagian ini, Anderson dan Foster mengatakan ada beberapa unsur universal dalam sistem medis, antara lain:
a.       Sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan.
b.      Penyakit ditentukan oleh kebudayaan.
c.       Semua sistem medis memiliki segi pencegahan dan
pengobatan.
d.      Sistem medis memilki sejumlah fungsi, anatara lain sebagai sebuah pengobatan rasional memberikan penjelasan terhadap resiko yang melanggar norma budaya (misal sex bebas berresiko terkena penyakit Aids).

§  Unsur Pembeda

Perbedaan sistem medis modern dan tradisional 
ASPEK
MODERN
TRADISIONAL
Sifat keilmuan
Empiris
Spiritual , magic , irasional
Bisa dipelajari
Pewarisan dan pelatihan
Ada sertifikasi formal
Pengakuan
percaya pada rasio dan teknologi
Percaya pada kekuatan supranatural
Teknologi
Mengalami industrialisai
Sederhana
Sifat praktik/perilaku
Spesialisai (dokter spesialis)
Baur (seorang pelaku bisa mengobati banyak hal)
Seleksi dan pendidikan formal
Seleksi sosial

Kompensasi material
Kompensasi sosial , moral , juga materi
Antara sistem medis yang satu dengan sistem medis yang lainnya memilki aspek atau unsur yang berbeda, diantaranya :
a.       Asumsi kausalitas. Sistem medis barat, sanafat yakin terhadap hukum kausalitas material, sedangkan sistem medis tradisional percaya pada hukum kausalitas non material atau personal.
b.      Sifat keilmuan. Dikalangan medis rasional ilmu kesehatan bersifat empiris, bisa dipelajari dan percaya pada rasio dan teknologi. Sedangkan pada sistem medis tradisional, ada percampuran antara rasional dan irasional, empiris dan mistik.
c.       Sehat dalam sistem medis etnik (China dan India), adalah upaya
d.      penyeimbangan dengan sitem kosmos (yinyang, dosa, dan penebusan) dalam sitem medis barat adalah menghilangkan material asupan dalam tubuh.
e.       Sistem medis rasional didapat dari pembelajaran dan bersifat terbuka seperti pendidikan kedokteran, kebidanan dan keperawatan. Sedangkan dalam sistem medis tradisional selain sitem belajar masih diyakini pentingnya komunikasi dengan hal supranatural. Oleh karena itu ilmu kesehatan tradisional cenederung diwariskan.

    Multikulturalisme Layanan Kesehatan

Dalam analisis Whitney dan Sigler, hubungan antara dokter dan perawat, cenderung mengambil posisi top-down. Dokter diposisikan atau memosisikan diri “lebih” dibandingkan dengan posisi sosial atau kewenangan perawat.
Sementara ditingkat makro, stratifikasi layanan pengobatan itu terjadi karena adanya interpretasi mengenai status lembaga layanan pengobatan. dalam temuan penelitian konsep alternative dan konsep tradisional menyebabkan adanya peyorasi ( pelemahan) status sosial dari makna pranata kesehatan tersebut dihadapan pranata kesehatan modern. Sebagian masyarakat menganggap bahwa model pengobatan alternative atau pengobatan tradisional merupakan kelas “kedua” dibandingkan dengan pengobatan modern.
Standar teknologi, keilmiahan dan kapabilitas pelaku pengobatan, menjadi salah satu variable untuk mengukur kelas sosial dari pranata pengobatan itu sendiri. Misalnya, seorang dokter yang berpendidikan sarjana diposisikan sebagai sebagai kelas sosial yang lebih unggul dibandingkan perawat yang hanya berpendidikan diploma. Seorang tabib yang mendapatkan kemampuan pengobatan secara otodidak diposisikan sebagai kelas kedua dihadapan dokter yang memiliki kemampuan pengobatan dari lembaga pendidikan.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan tahun 2007 dikota Bandung, ada beberapa gejala pergeseran nilai di lingkungan masyarakat,
ü  Pertama, diversifikasi kewenangan. Otoritas pengobatan, kini tidak hanya di lingkungan pengobatan modern. rumah sakit, dokter dan perawat bukanlah pemegang otoritas pelaku atau sarana pengobatan bagi masyarakat.
ü  Kedua, Adanya pengembangan reproduksi makna dan pranata pengobatan. Masyarakat memproduksi makna tabib, pengobatan alternatif dan tradisi dalam makna yang baru. Sehingga, layanan kesehatan tidak harus kedokter dirumah sakit, melainkan dapat pula dilakukan di luar instansi tersebut.
Dalam pandangan Giddens, reproduksi sosial terjadi karena ada struktur dan praktik sosial yang dilakukan oleh individu atau masyarakat (priyono, 2003:27). Oleh karena itu munculnya pranata kesehatan tradisional, bukanlah hanya karena tekanan struktur, tetapi juga karena ada praktik sosial masyarakat dalam merespons produk sosial itu sendiri.
Proses transformasi dari kepercayaan individual menjadi kepercayaan kolektif terhadap pengobatan tradisional ini menjadi satu gejala adanya -istilah Giddens- refleksi kolektif masyarakat terhadap status sosial pengobatan tradisional dalam kehidupan masyarakat kota Bandung. Argumentasi yang mereka gunakan adalah variasi penyakit yang berkembang di zaman modern ini, tidak hanya bisa ditangani oleh system layanan kesehatan modern. pendekatanterapi, baik spiritual maupun psikologis, menjadi satu kebutuhan yang mendasar.
Dengan pemikiran seperti ini kebutuhan untuk berkolaborasi antara pengobatan tradisional dengan pengobatan modern, menjadi satu kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini. Dengan kata lain, perlu ada pelayanan pongabatan yang terintegrasi ( Athar, 1998). Salah satu contoh Negara asing yang telah mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan pendekatan layanan kesehatan terintegrasi, yaitu di Negara Chili (Alethea Kraster,2003). Cermatan Giddens (2001:40) terhadap fenomena tradisi dalam kehidupan modern ini mengatakan bahwa “ berakhirnya tradisi, tidak berarti bahwa tradisi itu lenyap seperti yang digunakan oleh para pemikir pencerahan.
Sebaliknya, dalam berbagai versi yang berbeda, tradisi terus berkembang dimana-mana”. Dengan kata lain pengobatan modern menjadi system pengobatan yang mendominasi sistem pengobatan dinegara modern ini.

0 komentar:

Posting Komentar