v Beberapa Unsur Universal Dalam Sistem Medis
Dalam bagian ini, Anderson dan Foster mengatakan ada
beberapa unsur universal dalam sistem medis, antara lain:
a.
Sistem medis adalah bagian integral
dari kebudayaan.
b.
Penyakit ditentukan oleh kebudayaan.
c.
Semua sistem medis memiliki segi
pencegahan dan
pengobatan.
d.
Sistem medis memilki sejumlah
fungsi, anatara lain sebagai sebuah pengobatan rasional memberikan penjelasan
terhadap resiko yang melanggar norma budaya (misal sex bebas berresiko terkena
penyakit Aids).
§ Unsur Pembeda
Perbedaan sistem medis modern dan tradisional
ASPEK
|
MODERN
|
TRADISIONAL
|
Sifat keilmuan
|
Empiris
|
Spiritual
, magic , irasional
|
Bisa
dipelajari
|
Pewarisan
dan pelatihan
|
|
Ada
sertifikasi formal
|
Pengakuan
|
|
percaya
pada rasio dan teknologi
|
Percaya
pada kekuatan supranatural
|
|
Teknologi
|
Mengalami industrialisai
|
Sederhana
|
Sifat praktik/perilaku
|
Spesialisai
(dokter spesialis)
|
Baur
(seorang pelaku bisa mengobati banyak hal)
|
Seleksi
dan pendidikan formal
|
Seleksi
sosial
|
|
Kompensasi
material
|
Kompensasi
sosial , moral , juga materi
|
Antara sistem medis yang satu dengan sistem medis yang
lainnya memilki aspek atau unsur yang berbeda, diantaranya :
a.
Asumsi kausalitas. Sistem medis
barat, sanafat yakin terhadap hukum kausalitas material, sedangkan sistem medis
tradisional percaya pada hukum kausalitas non material atau personal.
b.
Sifat keilmuan. Dikalangan medis
rasional ilmu kesehatan bersifat empiris, bisa dipelajari dan percaya pada
rasio dan teknologi. Sedangkan pada sistem medis tradisional, ada percampuran
antara rasional dan irasional, empiris dan mistik.
c.
Sehat dalam sistem medis etnik
(China dan India), adalah upaya
d.
penyeimbangan dengan sitem kosmos
(yinyang, dosa, dan penebusan) dalam sitem medis barat adalah menghilangkan
material asupan dalam tubuh.
e.
Sistem medis rasional didapat dari
pembelajaran dan bersifat terbuka seperti pendidikan kedokteran, kebidanan dan
keperawatan. Sedangkan dalam sistem medis tradisional selain sitem belajar
masih diyakini pentingnya komunikasi dengan hal supranatural. Oleh karena itu
ilmu kesehatan tradisional cenederung diwariskan.
Multikulturalisme Layanan Kesehatan
Dalam analisis Whitney dan Sigler, hubungan antara dokter
dan perawat, cenderung mengambil posisi top-down. Dokter diposisikan atau
memosisikan diri “lebih” dibandingkan dengan posisi sosial atau kewenangan
perawat.
Sementara ditingkat makro, stratifikasi layanan pengobatan
itu terjadi karena adanya interpretasi mengenai status lembaga layanan
pengobatan. dalam temuan penelitian konsep alternative dan konsep tradisional
menyebabkan adanya peyorasi ( pelemahan) status sosial dari makna pranata
kesehatan tersebut dihadapan pranata kesehatan modern. Sebagian masyarakat
menganggap bahwa model pengobatan alternative atau pengobatan tradisional
merupakan kelas “kedua” dibandingkan dengan pengobatan modern.
Standar teknologi, keilmiahan dan kapabilitas pelaku
pengobatan, menjadi salah satu variable untuk mengukur kelas sosial dari
pranata pengobatan itu sendiri. Misalnya, seorang dokter yang berpendidikan
sarjana diposisikan sebagai sebagai kelas sosial yang lebih unggul dibandingkan
perawat yang hanya berpendidikan diploma. Seorang tabib yang mendapatkan
kemampuan pengobatan secara otodidak diposisikan sebagai kelas kedua dihadapan
dokter yang memiliki kemampuan pengobatan dari lembaga pendidikan.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian yang
dilakukan tahun 2007 dikota Bandung, ada beberapa gejala pergeseran nilai di
lingkungan masyarakat,
ü Pertama, diversifikasi
kewenangan. Otoritas pengobatan, kini tidak hanya di lingkungan pengobatan
modern. rumah sakit, dokter dan perawat bukanlah pemegang otoritas pelaku atau
sarana pengobatan bagi masyarakat.
ü Kedua, Adanya
pengembangan reproduksi makna dan pranata pengobatan. Masyarakat memproduksi
makna tabib, pengobatan alternatif dan tradisi dalam makna yang baru. Sehingga,
layanan kesehatan tidak harus kedokter dirumah sakit, melainkan dapat pula
dilakukan di luar instansi tersebut.
Dalam pandangan Giddens, reproduksi sosial terjadi karena
ada struktur dan praktik sosial yang dilakukan oleh individu atau masyarakat
(priyono, 2003:27). Oleh karena itu munculnya pranata kesehatan tradisional,
bukanlah hanya karena tekanan struktur, tetapi juga karena ada praktik sosial
masyarakat dalam merespons produk sosial itu sendiri.
Proses transformasi dari kepercayaan individual menjadi
kepercayaan kolektif terhadap pengobatan tradisional ini menjadi satu gejala
adanya -istilah Giddens- refleksi kolektif masyarakat terhadap status sosial
pengobatan tradisional dalam kehidupan masyarakat kota Bandung. Argumentasi
yang mereka gunakan adalah variasi penyakit yang berkembang di zaman modern
ini, tidak hanya bisa ditangani oleh system layanan kesehatan modern.
pendekatanterapi, baik spiritual maupun psikologis, menjadi satu kebutuhan yang
mendasar.
Dengan pemikiran seperti ini kebutuhan untuk berkolaborasi
antara pengobatan tradisional dengan pengobatan modern, menjadi satu kebutuhan
bagi masyarakat modern saat ini. Dengan kata lain, perlu ada pelayanan
pongabatan yang terintegrasi ( Athar, 1998). Salah satu contoh Negara asing
yang telah mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan pendekatan layanan
kesehatan terintegrasi, yaitu di Negara Chili (Alethea Kraster,2003). Cermatan Giddens
(2001:40) terhadap fenomena tradisi dalam kehidupan modern ini mengatakan bahwa
“ berakhirnya tradisi, tidak berarti bahwa tradisi itu lenyap seperti yang
digunakan oleh para pemikir pencerahan.
Sebaliknya, dalam berbagai versi yang berbeda, tradisi terus
berkembang dimana-mana”. Dengan kata lain pengobatan modern menjadi system
pengobatan yang mendominasi sistem pengobatan dinegara modern ini.
0 komentar:
Posting Komentar