Kamis, 06 September 2012

Penjelasan Jual beli dalam agama islam.



 Jual Beli
Jual beli telah menjadikan manusia antara yang satu dengan lainya saling membutuhkan sehingga mereka harus tolong-menolong, tukar-menukar, baik dengan jual beli, sewa menyewa, dan bercocok tanam. Hal tersebut kita kenal dengan istilah muamalah.
Agama memberi aturan yang sebaik-baiknya mengenai jual beli karena dengan aturan itu akan menjadikan penghidupan manusia terjamin dengan baik. Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang lain
dengan akad atau transaksi. Allah swt. Berfirman sebagai berikut
 
Artinya
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba itu tidak dapat berdiri betul melainkan seperti berdirinya orang yang dirasuk Syaitan dengan terhuyung-hayang kerana sentuhan (Syaitan) itu. Yang demikian ialah disebabkan mereka mengatakan: “Bahawa sesungguhnya berniaga itu sama sahaja seperti riba”. Padahal Allah telah menghalalkan berjual-beli (berniaga) dan mengharamkan riba. Oleh itu sesiapa yang telah sampai kepadanya peringatan (larangan) dari Tuhannya lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum pengharaman itu) adalah menjadi haknya, dan perkaranya terserahlah kepada Allah. Dan sesiapa yang mengulangi lagi (perbuatan mengambil riba itu) maka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah:275) 

          Dalam jual beli terdapat pokok permasalahan yang harus dibahas, antara lain rukun jual beli, hukum jual beli, jual beli yang sah memenuhi rukun atau syaratnya, dan jual beli yang sah tetapi terlarang.
  1. Rukun Jual Beli
Rukun Jual beli mencakup pejual dan pembeli, benda yang dijual atau dibeli serta ijab Kabul.
a. Penjual dan pembeli
Syarat penjual dan pembeli, antara lain
1) akil (berakal sehat)
2) balig (dewasa);
3) atas kehendak sendiri
b. Benda yang Dijual atau Dibeli
Syarat benda yang dijual atau dibeli adalah sebagai berikut
1) Benda yang dijual/dibeli dalam keadaan suci, sedangkan bangkai tidak boleh dijual
2) Ada manfaatnya.
3) Barang yang diserahkan, tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli. Misalnya, ikan di laut dan burung di udara.
4) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, yang diwakilinya, atau yang mengusahakannya.
5) Barang tersebut diketahui si penjual ataupun si pembeli, baik zat, bentuk, kadar (ukuran), maupun sifat-sifatnya sehingga antara keduanya tidak akan terkecoh.
c. Ijab Kabul
Ijab adalah perkataan penjual. Misalnya, “Saya jual barang ini dengan harga sekian. “ Kabul adalah perkatan pembeli. Misalnya, “Saya beli barang ini dengan harga sekian.”
  1. Hukum Jual beli
Hukum jual beli adalah sebagai berikut:
a. mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli
b. wajib, misalnya seorang kadi/hakim menjual harta muflis, yaitu orang yang banyak hutangnya dari pada hartanya;
c. haram, misalnya menjual barang yang akan digunakan untuk keperluan maksiat;
d. sunah, misalnya jual beli kepada kerabat, sahabat, dan kepada orang lain yang sangat membutuhkan barang tersebut.
  1. Jual Beli yang Tidak Sah menurut Rukun atau Syaratnya
Jual beli yang tidak sah menurut rukun atau syaratnya adalah sebagai berikut.
a. Menjual air mani hewan jantan
Rosulullah saw. Bersabda sebagai berikut.
Artinya
Sesungguhnya Nabi saw. Melarang menjual pejantan.(H.R.Muslim dan Nasa’i)
b. Menjual suatu barang yang baru dibelinya, sebelum barangnya diterima.
Rosululllah bersabda sebagai berikut.
Artinya
Janganlah engkau menjual sesuatu yang engkau beli sebelum engkau terima. (H.R. Ahmad dan Baihaqi)
c. Menjual buah-buhahan sebelum saatnya dipetik atau dipanen sehingga dikhawatirkan rusak atau busuk.
Rosululllah bersabda sebagai berikut.
Artinya
Nabi saw telah melarang menjual buah-buahan sebelum tampak masak (pantas ambil). Muttafaq Alaih)
  1. Jual Beli yang Sah, tetapi Terlarang
Jual beli yang sah, tetapi terlarang adalah sebagai berikut
a. Membeli barang dengan harga lebih mahal dari pada harga pasar dengan tujuan orang lain tidak dapat membeli barang tersebut
b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain, tetapi masih dalam masa khiar (memilih).
c. Membeli barang untuk ditahan(ditimbun) agar dapat dijual kembali dengan harga lebih mahal.
d. Menjual barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya.
e. Jual beli yang disertai unsur penipuan dari pihak penjual maupun pembeli.
Di dalam fikih Islam terdapat konsep khiar, yaitu memilih untuk ,meneruskan atau membatalkan akad jual beli. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing sehingga tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
Adapun macam-macam khiar ada tiga, yaitu khiar majelis, khiar syarat, dan khiar ‘aibi.
a. Khiar majelis adalah si pembeli dan si penjual boleh memilih meneruskan atau mengurungkan selama keduannya masih dalam satu tempat jual beli.
b. Khiar syarat adalah khiar yang dijadikan syarat pada waktu akad oleh penjual dan pembeli atau oleh seorang dari keduannya.
c. Khiar ‘aibi adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila barang itu terdapat cacat sehingga mengurangi kualitas barang..

0 komentar:

Posting Komentar