Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah
dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-
proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut
juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
- Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap
pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien
dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan
padat berukuran besar dari air limbah. Kedua, limbah yang telah disaring
kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan
pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki
ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar
tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. Kedua
proses tersebut dinamakan Tahap Pengolahan Awal (Pretreatment).
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan
dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode
pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air
limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain
untuk diolah lebih lanjut.
Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan
(Floation). Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa
minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120
mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan
lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila
limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui
proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan
ke proses pengolahan selanjutnya.
a. Metode Trickling Filter
Pada
metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik
melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan
batu atau plastik, dengan dengan ketebalan
± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan
dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah
akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke
suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki
pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan
partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air
limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya jika masih diperlukan.
b. Metode Activated
Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair
disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang
kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam
tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara
aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk
mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode
trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke
lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
. Metode Treatment
ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode
yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah
cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam
akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan
oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah.
Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama
proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan.
Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah
dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
. Pengolahan Tersier
(Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya
bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier
bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang
tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah
zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier
sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini
meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan
tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia,
precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan
proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis
4. Desinfeksi
(Desinfection)
Desinfeksi
atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme
patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia,
yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik.
Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:s
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah
penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan
ozon (Oะท).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya
dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan
primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan
Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan
limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan
polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung,
melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob
digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau
ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
0 komentar:
Posting Komentar