Sejarah
kabupaten Pinrang.
Asal mulanya kota pinrang ,suatu
peristiwa di Sawitto pada waktu pemerintahan La Paleteang Raja IV, Kerajaan
Sawitto. Dimana pada waktu itu terjadi peperangan antara Sawitto dan Gowa,
Perang ini terjadi karena Gowa sebagai kerajaan besar, berusaha untuk menguasai
Sawitto yang kondisi dan potensinya menjanjikan setumpuk harapaan. Berbagai
upaya yang telah digunakan Gowa
untuk menguasai Sawitto melalui agresi dan
terjadilah perang antar Sawitto dan Gowa sekitar Tahun 1540. Prajurit-parjurit
Sawitto dengan gigih mengadakan perlawanan abdi kerajaan mati-matian
mempertahankan dan membela bumi ini berkesudahaan dengan kekalahan dipihak
Sawitto sehingga raja La Paleteang dan isterinya dibawa ke Gowa sebagai tanda
kemenangan Gowa atas Sawitto.
Awan yang meliputi
kesedihan rakyat atas kepergian sang raja yang arif dan bijaksana. Upaya yang
dilakukan membebaskan sang raja bersama permaisuri kerajaan Sawitto. Akhirnya
dalam suatu musyawarah kerajaan terpilih dua Tobarani, yaitu Tolengo dan To
Kipa untuk mengemban tugas membebaskan sang raja beserta permaisurinya.
Kemudian berangkatlah kedua bersaudara tersebut ke Gowa yang berhasil membawa pulang raja La Paleteang beserta permaisurnya. Kedatangan raja bersama permaisuri, disambut dengan luapan kegembiraan dan di elu-elukan sepanjang jalan menuju istana. Dibalik kegembiraan itu, mereka terharu melihat kondisi sang raja yang mengalami banyak perubahan seraya mengatakaan "Pinran kana di tappa na datue pole ri Gowa". Yang artinya wajah raja menagalami perubahan sekembali dari Gowa. Kata-kata inilah senantiasa terlontar dari orang-orang yang menyertai sang raja. Ketika raja beristrahat sejenak sebelum tiba di istana bertitahlah sang raja kepada pengantarnya untuk menyebut tempat tersebut dengan nama PINRANG.
Sumber lain, mengatakan pemukiman kota Pinrang yang dahulunya rawa-rawa yang selalu tergenang air membuat masyarakat senantiasa berpindah-pindah mencari wilayah pemukiman yang bebas genangan air, berpindah-pindah atau berubah-ubah pemukiman, dalam bahasa bugis disebut "PINRA-PINRA ONROANG" setelah masyarakat menemukan tempat pemukiman yang baik, maka diberinya tempat tersebut:PINRA-PINRA.
Dari kedua sejarah yang berbeda itu lahirlah istilah yang sama yaitu "PINRA" kemudian kata itu dalam perkembangannya dipengaruhi oleh intonasi dan dialek bahasa bugis sehingga menjadi Pinrang yang sekarang ini diabadikan menjadi Kabupaten Pinrang. Sebagaimana diketahui bahwa ketika jepang masuk di pinrang sekitar tahun 1943 sistem Pemerintahan warisan kolonial dengan struktur lengkap yang terdiri dari 4 (Empat) swapraja, masing-masing Swapraja Sawitto, Swapraja Batu Lappa, Swapraja Kassa dan Swapraja Suppa. Ketika Pinrang menjadi onder-afdeling di bawah afdeling Parepare Sementara afdeling Parepare adalah salah satu afdeling dari tujuh afdeling yang ada di propinsi Sulawesi.
Kemudian berangkatlah kedua bersaudara tersebut ke Gowa yang berhasil membawa pulang raja La Paleteang beserta permaisurnya. Kedatangan raja bersama permaisuri, disambut dengan luapan kegembiraan dan di elu-elukan sepanjang jalan menuju istana. Dibalik kegembiraan itu, mereka terharu melihat kondisi sang raja yang mengalami banyak perubahan seraya mengatakaan "Pinran kana di tappa na datue pole ri Gowa". Yang artinya wajah raja menagalami perubahan sekembali dari Gowa. Kata-kata inilah senantiasa terlontar dari orang-orang yang menyertai sang raja. Ketika raja beristrahat sejenak sebelum tiba di istana bertitahlah sang raja kepada pengantarnya untuk menyebut tempat tersebut dengan nama PINRANG.
Sumber lain, mengatakan pemukiman kota Pinrang yang dahulunya rawa-rawa yang selalu tergenang air membuat masyarakat senantiasa berpindah-pindah mencari wilayah pemukiman yang bebas genangan air, berpindah-pindah atau berubah-ubah pemukiman, dalam bahasa bugis disebut "PINRA-PINRA ONROANG" setelah masyarakat menemukan tempat pemukiman yang baik, maka diberinya tempat tersebut:PINRA-PINRA.
Dari kedua sejarah yang berbeda itu lahirlah istilah yang sama yaitu "PINRA" kemudian kata itu dalam perkembangannya dipengaruhi oleh intonasi dan dialek bahasa bugis sehingga menjadi Pinrang yang sekarang ini diabadikan menjadi Kabupaten Pinrang. Sebagaimana diketahui bahwa ketika jepang masuk di pinrang sekitar tahun 1943 sistem Pemerintahan warisan kolonial dengan struktur lengkap yang terdiri dari 4 (Empat) swapraja, masing-masing Swapraja Sawitto, Swapraja Batu Lappa, Swapraja Kassa dan Swapraja Suppa. Ketika Pinrang menjadi onder-afdeling di bawah afdeling Parepare Sementara afdeling Parepare adalah salah satu afdeling dari tujuh afdeling yang ada di propinsi Sulawesi.
0 komentar:
Posting Komentar